oleh Desy Proklawati (Dosen Sastra Indonesia Universitas Wisnuwardhana Malang)
Malang tidak cuma terkenal sebagai lokasi wisata dan menuntut ilmu, tetapi juga spot berburu kuliner.
Saat menginjakkan kaki di kota ini, traveler akan menemukan banyak tempat makan, kafe, hingga
warung tradisional. Bahkan, ada sejumlah tempat kuliner yang telah eksis sejak Indonesia belum
merdeka dan masih bertahan hingga detik ini.
Warung Sate Gebug
Untuk mereka yang sedang berburu sate saat liburan ke Malang, wajib datang ke Warung Sate Gebug.
Ini adalah salah satu kuliner legendaris di Kota Pendidikan yang sudah eksis sejak tahun 1920 silam atau
berusia lebih dari satu abad. Lokasinya sendiri berada di Jalan Jenderal Basuki Rahmat No. 113A,
Kecamatan Klojen, Kota Malang, tidak jauh dari Kantor PLN UP3 Malang.
Dinamakan Sate Gebug karena warung ini menyajikan sate dari daging sapi yang digebuk alias ditumbuk
hingga halus, kemudian direndam dalam bumbu rempah-rempah, lantas dipanggang di atas bara api.
Hasilnya, daging sate terasa empuk, dengan bumbu yang meresap. Tidak hanya itu, daging sate yang
disajikan pun berukuran cukup besar, cocok untuk mengisi perut yang keroncongan.
Depot Han Tjwan Sing
Doyan makan onde-onde? Jika iya, wajib berkunjung ke Depot Han Tjwan Sing atau biasa disingkat
Depot HTS. Pasalnya, onde-onde di sini terkenal lezat dan sudah eksis sejak tahun 1927 silam. Tidak
cuma onde-onde, Depot HTS juga menyediakan kue lainnya seperti pastel, kroket, lemper, dan risol. Ada
pula makanan berat seperti rawon merah, rawon hitam, garang asem, dan sop sapi.
Saat ini, Depot HTS dapat ditemukan di Jalan Dr. Wahidin No.123, Lawang, Kabupaten Malang. Sebelum
mendiami tempat yang sekarang, depot tersebut ternyata menempati lapak di depan Pasar Lawang.
Seiring kepergian sang pendiri, Han Tjwan Sing, anaknya yang bernama Dora Ira Wahyuni pada tahun
1988 memindahkan depot ke Jalan Dr. Wahidin dan masih bertahan hingga detik ini.
Soto Daging Rahayu
Ada banyak kedai soto yang bisa ditemukan di Malang. Namun, jika mencari yang paling legendaris
dengan rasa yang tidak lekang oleh zaman, langsung saja meluncur ke Soto Daging Rahayu. Warung ini
telah berdiri sejak tahun 1928 silam dan sekarang bertempat di kawasan Mergosono, Kedungkandang.
Sebelumnya, Soto Daging Rahayu menempati lapak di Pasar Besar, Kota Malang.
Sempat dilarang Belanda karena menyajikan jeroan, Soto Daging Rahayu terkenal berkat rasa daging
dam kuahnya yang gurih, yang menonjolkan nuansa rempah yang kuat. Dengan tambahan irisan telur
rebus, bawang goreng, dan koya, rasa Soto Daging Rahayu semakin nikmat di lidah. Untuk lebih
memperkaya rasa, nasi putih yang disajikan sengaja ditanak secara tradisional menggunakan dandang.
Toko Oen
Siapa yang tidak kenal dengan Toko Oen? Mereka yang sedang berlibur ke Malang, kebanyakan tidak
melewatkan kesempatan mencicipi es krim di toko ini. Pasalnya, es krim yang ditawarkan Toko Oen
sedikit berbeda dengan es krim modern pada umumnya. Tekstur es krim di tempat ini sedikit lebih kasar
karena pengolahannya masih dilakukan secara homemade. Selain itu, rasa es krimnya pun tidak begitu
manis.
Selain karena kelezatan es krimnya, Toko Oen ramai didatangi karena menawarkan suasana vintage
yang kental. Berdiri sejak tahun 1930 silam, toko yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang ini
masih mempertahankan arsitektur bangunan lawas berdesain art deco. Saat menginjakkan kaki di sini,
wisatawan juga akan menemukan meja, kursi, dan perabotan bergaya jadul.
Toko Madjoe
Tempat kuliner lawas lainnya yang bisa ditemukan di kawasan Pasar Besar, Kota Malang adalah Toko
Madjoe. Ini adalah toko yang menjual aneka kue kering dan telah beroperasi sejak tahun 1930-an silam.
Meski sekarang sudah bermunculan kue kekinian, ternyata Toko Madjoe membuktikan bahwa rasa yang
autentik tidak akan lekang digerus perubahan zaman.
Hingga detik ini, Toko Madjoe tetap konsisten menawarkan kue kering dari resep turun-temurun.
Setidaknya, lebih dari 25 jenis kue yang ditawarkan di tempat ini, termasuk kastengel, semprit, dan
sagon. Untuk membuat suasana semakin vintage, desain bangunan masih tetap dipertahankan, papan
nama toko masih menggunakan ejaan lama, dan kue diletakkan di stoples kaca kuno di atas rak kayu.
Seiring kepergian sang pendiri, Han Tjwan Sing, anaknya yang bernama Dora Ira Wahyuni pada tahun
1988 memindahkan depot ke Jalan Dr. Wahidin dan masih bertahan hingga detik ini.
Soto Daging Rahayu
Ada banyak kedai soto yang bisa ditemukan di Malang. Namun, jika mencari yang paling legendaris
dengan rasa yang tidak lekang oleh zaman, langsung saja meluncur ke Soto Daging Rahayu. Warung ini
telah berdiri sejak tahun 1928 silam dan sekarang bertempat di kawasan Mergosono, Kedungkandang.
Sebelumnya, Soto Daging Rahayu menempati lapak di Pasar Besar, Kota Malang.
Sempat dilarang Belanda karena menyajikan jeroan, Soto Daging Rahayu terkenal berkat rasa daging
dam kuahnya yang gurih, yang menonjolkan nuansa rempah yang kuat. Dengan tambahan irisan telur
rebus, bawang goreng, dan koya, rasa Soto Daging Rahayu semakin nikmat di lidah. Untuk lebih
memperkaya rasa, nasi putih yang disajikan sengaja ditanak secara tradisional menggunakan dandang.
Toko Oen
Siapa yang tidak kenal dengan Toko Oen? Mereka yang sedang berlibur ke Malang, kebanyakan tidak
melewatkan kesempatan mencicipi es krim di toko ini. Pasalnya, es krim yang ditawarkan Toko Oen
sedikit berbeda dengan es krim modern pada umumnya. Tekstur es krim di tempat ini sedikit lebih kasar
karena pengolahannya masih dilakukan secara homemade. Selain itu, rasa es krimnya pun tidak begitu
manis.
Selain karena kelezatan es krimnya, Toko Oen ramai didatangi karena menawarkan suasana vintage
yang kental. Berdiri sejak tahun 1930 silam, toko yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang ini
masih mempertahankan arsitektur bangunan lawas berdesain art deco. Saat menginjakkan kaki di sini,
wisatawan juga akan menemukan meja, kursi, dan perabotan bergaya jadul.
Toko Madjoe
Tempat kuliner lawas lainnya yang bisa ditemukan di kawasan Pasar Besar, Kota Malang adalah Toko
Madjoe. Ini adalah toko yang menjual aneka kue kering dan telah beroperasi sejak tahun 1930-an silam.
Meski sekarang sudah bermunculan kue kekinian, ternyata Toko Madjoe membuktikan bahwa rasa yang
autentik tidak akan lekang digerus perubahan zaman.
Hingga detik ini, Toko Madjoe tetap konsisten menawarkan kue kering dari resep turun-temurun.
Setidaknya, lebih dari 25 jenis kue yang ditawarkan di tempat ini, termasuk kastengel, semprit, dan
sagon. Untuk membuat suasana semakin vintage, desain bangunan masih tetap dipertahankan, papan
nama toko masih menggunakan ejaan lama, dan kue diletakkan di stoples kaca kuno di atas rak kayu.